Cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Lagenda telaga bidadari. Beberapa waktu yang lalu cerita rakyat kalimantan timur dengan judul legenda burung RoakMaka untuk kali ini dongeng rakyat dari kalimantan selatan yang akan menghiasi halaman sejarah dan budaya rakyat kalimantan selatan yang di bahasa di kesempatan ini adalah cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari, dalam bentuk dongeng singkat. Jadi cerita dongeng rakyat kalimantan ini bukanlah cerita rakyat panjang akan tetapi cerita rakyat pendek yang menjelaskan kisah cerita yang turun temurun dari masyarakat di kalimantan bagaimana kisah cerita rakyat nusantara dengan judul legenda telaga bidadari, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja ringkasan cerita legenda telaga bidadari dibawah rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Legenda Telaga BidadariAlkisah dalam cerita rakyat telaga bidadari, pada jaman dahulu kala, Ada seorang pemuda tampan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan. Ia adalah penguasa daerah hutan suatu hari, tiba tiba Awang mendengar suara wanita dari telaga. Ternyata di telaga tersebut ada 7 orang bidadari cantik jelita yang sedang mandi. Awang mengintip bidadari tersebut dari balik semak-semak dan mengambil salah satu dari selesai mandi, para bidadari tersebut mengambil selendangnya dan kembali ke si bungsu tidak bisa kembali karena selendangnya diambil oleh Awang Sukma. Ia pun ditinggalkan oleh keenam itu, Awang keluar dari persembunyiannya dan membujuk si bungsu untuk tinggal bersamanya. Karena takut sendirian, ia pun memutuskan tinggal bersama di rumah, Awang menyembunyikan selendang milik putri bungsu di balik lumbung padi. Hal tersebut ia lakukan lantaran tidak ingin bidadarinya memutuskan untuk kembali ke lama tinggal bersama, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah dan dikaruniai satu orang mereka sangatlah bahagia dan berkecukupan. Namun, kebahagiaan itu mulai surut ketika si putri bungsu menemukan selendangnya saat akan mengambil padi di merasa sangat sedih dan kecewa atas kebohongan Awang selama ini. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk kembali ke khayangan dan meninggalkan Awang serta anaknya. Namun, ia berjanji akan sering kembali ke bumi untuk menengok putri pun menyesal atas perbuatannya selama ini. Ia kini tinggal berdua dengan anaknya dalam rasa penyesalan yang mendalam. - sekian -Hingga kini telaga yang ada di Kalimantan Selatan tersebut dinamai dengan Telaga Bidadari. Cerita rakyat di atas merupakan salah satu contoh dari kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang sarat akan pesan satu pesan moral dari cerita telaga bidadari yang dapat dipetik adalah jangan mencuri demi mendapatkan sesuatu yang di inginkan. Hendaklah mengusahakannya dengan cara halal. Seperti halnya Awang yang mencuri selendang putri bungsu, pada akhirnya pun ia mengalami penyesalan karena telah cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan berjudul legenda telaga bidadari, Baca juga cerita rakyat yang singkat dan menarik atau cerita rakyat pendek lainnya seperti gunung tangkuban, danau toba, Lutung Kasarung yang telah diterbitkan sebelumnya dan cerita rakyat jawa timur, semoga contoh cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari diatas dapat menghibur.
CeritaSerial Yumi's Cells Beda dengan di Komik, Ini Alasannya. By Oja Arzan. Foto: Pikiran Rakyat. Serial Yumi's Cells 2 sukses menikat penonton. Drama ini berkisah tentang Yumi, perempuan lajang usia 30-an yang gerak-geriknya diatur oleh sel yang berbeda. Berkat bantuan selnya, yang digambarkan seperti karakter animasi, dia menjalani
Cerita Batu Menangis adalah dongeng rakyat Kalimantan Barat yang sangat terkenal. Konon hingga saat ini batu tersebut masih mengeluarkan air. Kalian tentunya penasaran dengan legenda batu menangis ini. Kakak ceritakan dengan lengkap yah. Selamat membaca. Di sebuah desa tinggalah seorang ibu bersama anak perempuannya yang bernama Darmi. Gadis itu memang rupawan, sayang sifatnya tak secantik wajahnya. Darmi adalah gadis pemalas yang hanya gemar bersolek. Setiap hari ia mematut dirinya di depan cermin, mengagumi kecantikan wajahnya. “Ah, aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk reot seperti ini.” Matanya memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. “Sampai kapan aku akan hidup seperti ini?” keluh Darmi dalam hati. Darmi memang bukan anak orang kaya. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya tak punya banyak uang. Untuk menghidupi mereka berdua, sang ibu bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan, mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan pakaian orang lain. Pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk memperoleh sedikit upah. Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Ia bahkan tak tergerak untuk ikut membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah. Dan jika ada sesuatu yang sangat diinginkannya, ia pun akan merengek agar permintaannya dituruti. Seperti minggu lalu, saat seorang kawannya dari desa di Utara sungai yang mengadakan pesta perayaan. Darmi mendapat undangan untuk menghadirinya. Tentu saja hal teresebut membuat gadis cantik itu senang bukan kepalang. Dibayangkannya tamu-tamu dalam pesta itu akan memandangi wajahnya yang rupawan. Para pria memuji kecantikannya, sementara para wanita mungkin akan iri hati melihat penampilannya. Namun tiba-tiba Darmi teringat bahwa ia tak memiliki pakaian yang pantas dikenakannya di pesta tersebut. Segeralah ia mencari ibunya yang sedang memasak di dapur. “Ibu, tolong belikan aku pakaian dan selendang baru. Lusa akan ada pesta di desa Utara sungai, dan aku tak punya pakaian yang pantas. Bajuku sudah usang semua,” kata Darmi merengek. “Bukankah minggu lalu kau sudah beli baju baru? Mengapa tak kau pakai yang itu saja. Masih bagus bukan?” ujar sang ibu. “Aaah, tidak mau. Baju yang itu sudah pernah aku pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Apa kata orang nanti?! Ayolah, Bu belikan aku pakaian lagi.” Sang ibu hanya bisa menghela napas panjang mendengar permintaan anak semata wayangnya itu. Ia tak tega padanya. “Baiklah, besok pagi kita akan membelinya di pasar.” “Tidak mau.” Teriak Darmi kasar. “Aku tidak mau pergi ke pasar dengan ibu. Sebaiknya ibu berikan saja uangnya padaku agar aku bisa membelinya sendiri.” “Tapi, Darmi, besok Ibu harus ke pasar terlebih dahulu untuk menjual kayu bakar yang ibu dapatkan hari ini. Setelah terjual, baru uangnya bisa kau belikan pakaian. Bukankah Iebih baik kita berangkat ke pasar bersama-sama?” Darmi terdiam. Ia sebenarnya tak ingin pergi ke pasar bersama ibunya. Ia malu dan khavvatir jika ada orang yang melihatnya berjalan bersama wanita tua itu lalu mengejeknya. Akan tetapi, gadis itu tak punya alasan untuk menolak, sebab tanpa uang hasil penjualan kayu bakar, ia tak mungkin bisa membeli pakaian baru. Akhirnya, Darmi masuk ke kamarnya sambil cemberut dan menggerutu. Keesokkan paginya, mereka bersiap hendak ke pasar. Darmi terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal, sementara sang ibu mengenakan pakaian Iusuh. Darmi berjalan cepat sekali, rnembuat ibunya tak mampu mengikutinya. “Hai, Darmi. Mengapa kau berjalan cepat sekali menginggalkan aku di beIakangmu. Kau tau aku tak kuat menyusul langkahmu.” Darmi diam saja, dan terus mempercepat Iangkahnya. Ia tak ingin ketahuan berjalan bersama ibunya. Di tengah jalan, Darmi disapa oleh beberapa orang dari desa tetangga yang menyapanya. “Hai Darmi, mau pergi kemana kau?” sapa mereka. “Aku mau ke pasar,” jawab Darmi. “Oh, siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu kah?” Seketika wajah Darmi terlihat memerah karena malu, “Oh bukan! Bukan! Mana mungkin dia ibuku.” Jawab Darmi cepat. Ia pun segera mempercepat langkahnya agar tak ditanya-tanya lagi. Betapa terkejutnya sang ibu mendengar perkataan anak kesayangannya itu. Rasa marah mulai muncul dalam hati karena gadis itu tidak mau mengakui dirinya sebagai ibu. Namun ia menahan amarahnya dan berharap Darmi akan segera berubah pikiran. Sayangnya, harapan sang ibu tak terjadi. Sepanjang perjalanan mereka bertemu beberapa orang lagi, dan Darmi terus mengatakan hal yang sama. Akhirnya sang ibu tak tahan lagi kesedihan. Sambil bercucuran air mata, ia pun menegur anaknya. “Wahai anakku, sebegitu malunya kah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?” Darmi menoleh kesal dan membentak, “Aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu’ Jelek, keriput dan lusuh! Ibu Iebih pantas jadi pembantuku!” Dengan angkuh, Darmi terus melangkah meninggalkan sang ibu yang terduduk di pinggir jalan. Air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Perasaannya remuk rendam, tak mampu ia berkata-kata selain mengadahkan kedua tangannya ke langit. Rasa sakit di hatinya membuat ia kutukan. “Tuhan, hamba tidak lagi menahan penghinaan anak hamba ini! benar telah membatu hati anak hamba ini, karena itu, Ya Tuhan, hukumlah anak hamba durhaka itu menjadi batu!” Doa sang ibu terkabul. Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan biru berubah berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi merasa sangat takut, lalu ia mencoba berlari menjauh. Saat itulah ia menyadari bahwa kedua kakinya berubah menjadi batu. Darmi menjerit ketakutan. Betapa mengerikannya perasaan yang dialaminya ketika mendapati kedua kaki berubah menjadi batu. Ia kian ketakutan mendapati pinggangnya pun berubah membatu. Sadarlah ia, semua itu terjadi karena kedurhakaan besarnya kepada ibunya. Maka dia pun berteriak-teriak,”Ibu, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu ini, Bu” Legenda Cerita Batu Menangis Namun, semuanya telah terlambat bagi Darmi. Sang ibu hanya terdiam. Sama sekali tak berusaha mengabulkan permohonan anaknya yang telah berbuat durhaka terhadapnya. Ia merasa telah cukup mengalami penderitaan yang diakibatkan anaknya itu. Hingga akhirnya seluruh tubuh Darmi berubah menjadi batu. Batu jelmaan Darmi itu terus meneteskan air seperti air mata penyesalan yang menetes dari mata Jelita. Orang-orang yang mengetahtui adanya air yang terus menetes dari batu itu kemudian menyebutnya Batu Menangis. Pesan Moral dari Cerita Batu Menangis – Dongeng Kalsel adalah hormati kedua orangtua kamu, terutama ibu yang sudah melahirkan kamu. Membuat ibumu bersedih atas tingkah lakumu yang tidak baik hanya akan membuat hidupmu susah di kemudian hari. Baca juga cerita rakyat Kalimantan lainnya pada posting kami berikut ini Cerita Rakyat Dongeng Batu Menangis
KerajaanIslam Banjar berdiri pada tahun 1520 di provinsi Kalimantan Selatan dibawah pimpinan Raden Samudra. Kemunculan kerajaan Islam Banjar berhubungan erat dengan runtuhnya Kerajaan Nagaradaha (Kerajaan Daha) yang saat itu menguasai daerah banjar. Dengan bantuan kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam Banjar dapat meruntuhkan kerajaan Daha.
Legenda Sangi sang pemburu adalah salah satu dari kumpulan kumpulan cerita rakyat Kalimantan yang diwariskan secara turun temurun. Kisah dongeng anak Sangi sang pemburu tepatnya berasal dari Kalimantan Tengah dan konon menjadi asal muasal Sungai Sangi. Percaya atau tidak sungai sangi hingga saat ini masih dianggap keramat dan ditakuti warga sekitarnya. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Sangi Sang Pemburu Syahdan di daerah aliran Sungai Mahoroi hiduplah seorang lelaki bernama Sangi. Ia dikenal sebagai pemburu tangguh. Piawai ia menyumpit. Sangat jarang sumpitannya meleset dari sasaran yang dibidiknya. Pada suatu hari ia kembali berburu di hutan. Ketika itu Sangi merasakan keanehan yang sangat mengherankannya. Sama sekali ia tidak melihat seekor hewan buruan. Tidak juga hewan-hewan besar maupun hewan-hewan kecil. Karena tidak juga menemukan hewan buruan setelah berusaha keras mencari, Sangi pun berniat pulang kembali ke rumahnya. Hatinya kesal berbaur sedih. Serasa untuk pertama kali dalam perburuannya, Sangi pulang dengan tangan hampa. Dalam perjalanan pulangnya, Sangi melewati pinggir sungai. Terbelalak ia ketika melihat kondisi pinggir sungai itu yang terlihat keruh. Sangi mengerti, itu pertanda ada babi hutan yang baru saja minum air dari sungai itu. Dengan hati-hati Sangi meneliti. Benar dugaannya. Ia menemukan jejak-jejak kaki babi hutan di tanah di dekat sungai itu. Sangi pun bergegas mengikuti jejak kaki tersebut. Sangi akhirnya menemukan babi hutan itu. Namun, sangat mengerikan keadaannya. Sebagian tubuh babi hutan itu telah berada di dalam mulut seekor ular raksasa! Sangi hanya terdiam, tidak sempat ia berlari atau bersembunyi. Sementara itu si ular raksasa terus berusaha menelan mangsanya. Beberapa kali ia berusaha namun babi hutan itu tidak juga berhasil ditelannya. Akhirnya dikeluarkannya lagi tubuh babi hutan itu. Pandangan galaknya segera tertuju kepada Sangi. Seketika itu si ular raksasa menjelma menjadi seorang pemuda gagah berwajah tampan. Ia berjalan tenang menghampiri Sangi. Katanya seraya memegang tangan Sangi, “Telanlah utuh-utuh babi hutan itu!” Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Sangi Sang Pemburu Sangi sangat terkejut. “Aku … aku tidak bisa melakukannya …” “Cepat lakukan!” bentuk si pemuda. Sangi menurut. Ditangkapnya babi hutan itu dan kemudian menelannya. Sangat mengherankan, ia mampu menelan tubuh babi hutan itu utuh-utuh! “Karena engkau telah melihatku ketika menelan babi hutan, maka kini engkau pun menjadi ular jadi jadian!” kata si pemuda. Si pemuda jelmaan ular itu lantas menjelaskan bahwa Sangi yang telah menjadi ular jadi jadian itu akan dapat hidup abadi dan mempertahankan kemudaannya. “Semua itu akan terjadi jika engkau dapat menjaga rahasiamu ini. Sekali rahasiamu ini engkau buka, maka engkau akan menjadi ular raksasa! Engkau paham?” Sangi berjanji untuk tidak sekali-kali membocorkan rahasia dirinya itu. Jika diminta memilih, ia tidak ingin menjadi ular raksasa. Ia tetap ingin menjadi manusia. Sangat senang pula ia jika dapat hidup abadi dan mempertahankan kemudaannya jika ia mampu menjaga rahasia besar dirinya itu sesuai pesan si pemuda jelmaan ular raksasa. Sejak saat itu Sangi senantiasa menutup rapat-rapat rahasianya. Kepada siapa pun juga ia tidak mengungkapkannya. Termasuk kepada istri dan anak-anaknya maupun juga kerabat dekatnya. Namun, anak-anak Sangi yang merasa keheranan dan penasaran. Sejak mereka masih kanak-kanak hingga dewasa dan akhirnya tua, mereka mendapati ayah mereka tetap muda. Ayah mereka tetap seperti pemuda meski umurnya telah mencapai seratus lima puluh tahun! Berawal dari keheranan dan penasaran itu anak-anak Sangi pun berulang-ulang bertanya pada Sangi, mengapa Sangi tetap terlihat muda meski telah sangat panjang usianya. Semula Sangi masih dapat menjaga rahasianya dengan mengemukakan berbagai alasan. Namun, karena keluarganya terus mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, jengkel pula Sangi dibuatnya. Sangi yang tidak tahan lagi akhirnya membuka rahasia dirinya. Akibatnya, tubuh Sangi mengalami perubahan. Sangi berubah menjadi ular raksasa. Dengan kemarahan yang meluap, Sangi pun mengutuk, “Kalian semua akan mati seluruhnya dalam waktu singkat dalam pertikaian antar sesamamu!” Sangi kemudian mengambil harta kekayaannya yang berupa keping-keping emas yang disimpannya dalam sebuah guci besar. Ia lantas menuju Sungai Kahayan dan memutuskan menjadi penjaga Sungai Kahayan di bagian hulu. Seketika tiba di pinggir Sungai Kahayan, Sangi menyebarkan emas-emas miliknya seraya mengemukakan kutukannya, “Siapa saja yang berani mendulang emas di daerah ini, maka ia akan mati tak lama setelah itu! Emas hasil dulangannya akan dipergunakan untuk mengupacarakan kematiannya!” Maka sejak saat itu anak Sungai Kahayan tempat di mana Sangi menjaga itu kemudian disebut Sungai Sangi. Sungai itu sangat dikeramatkan orang. Mereka tidak berani mendulang emas di tempat itu meski mereka meyakini emas sebesar labu kuning banyak terdapat di sana. Semuanya takut terkena kutukan Sangi. Ketakutan mereka tampaknya beralasan, karena tidak sedikit dari penduduk yang mengaku pernah melihat ular raksasa sedang duduk bersantai di atas bongkahan batu sungai saat bulan purnama di musim kemarau. Mereka yakin, ular raksasa itu adalah jelmaan Sangi. Pesan moral dari Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Sangi Sang Pemburu adalah janji hendaklah ditepati. Selain itu, rahasia diri dan keluarga hendaklah ditutup rapat-rapat. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Pesut Mahakam Dari Judul dongeng cerita rakyat nusantara kali ini tentunya adik-adik bisa menebak bahwa cerita rakyat kali ini berasal dari Kalimantan Timur. Legenda Ikan Pesut yang ada di Mahakam dihubungkan oleh masyarakat Kalimantan Timur dengan kisah yang akan Kakak ceritakan kali ini. Penasaran dengan ceritanya? Ini dia kisahnya. Tesebutlah sebuah keluarga yang hidup di rantau Mahakam pada zaman dahulu. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami istri beserta dua anak mereka yang terdiri dari seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Keluarga itu mengupayakan pertanian untuk menopang kehidupan mereka. Hasil perladangan dan perkebunan mereka banyak hingga mereka dapat hidup berkecukupan. Keluarga itu pun berbahagia. Kebahagiaan keluarga itu tampaknya tidak berlangsung lama. Sang Ibu mendadak jatuh sakit. Meski telah diupayakan untuk diberi ramuan obat-obatan dan juga didatangkan beberapa tabib untuk mengobati, namun penyakit yang diderita sang Ibu bertambah parah. Hingga akhirnya sang Ibu pun menghembuskan napas terakhirnya. Sepeninggal sang Ibu, sang Ayah lantas menikah lagi dengan seorang perempuan yang baru dikenalnya dalam sebuah pesta. Tidak jelas asal-usul perempuan itu. Ia pun menjadi ibu pengganti dua anak piatu tersebut. Ternyata, perempuan itu kejam sifatnya terhadap kedua anak tirinya. Si ibu tiri memerintahkan kedua anak itu bekerja keras di rumah. Semua pekerjaan rumah dibebankan kepada keduanya untuk mengerjakannya. Jika kedua anak itu dilihatnya malas-malasan, si ibu tiri tidak jarang memukul dan menganiaya dua anak tirinya itu. Adapun makanan yang diberikannya kepada dua anak tirinya itu adalah makanan sisa dari ayah keduanya. Ayah kedua anak itu sesungguhnya mengetahui tindakan kejam istrinya terhadap dua anaknya itu. Namun, ia hanya diam saja karena rasa cinta dan sayangnya kepada istrinya. Pada suatu hari ibu tiri itu memerintahkan dua anak tirinya untuk mencari kayu bakar di hutan. “Jangan kalian pulang sebelum kalian mendapatkan banyak kayu bakar,” perintah si ibu tiri. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Pesut Mahakam Kedua anak itu berangkat menuju hutan. Mereka bekerja keras untuk mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Meski telah seharian bekerja keras, kayu bakar yang mereka dapatkan mereka anggap belum cukup banyak. Keduanya lantas memutuskan untuk bermalam di hutan itu. Mereka berniat melanjutkan pencarian kayu bakar keesokan harinya. Keesokan harinya kedua anak itu kembali mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Hingga tengah hari keduanya mencari hingga akhirnya mereka hentikan pencarian karena mereka merasa sangat lapar. Mereka berusaha mencari sesuatu yang dapat mereka makan. Namun, karena makanan yang mereka cari tidak mereka temukan, keduanya hanya bisa terduduk. Tak berapa lama kemudian keduanya tergeletak di atas tanah karena tubuh mereka lemas. Tiba-tiba muncul seorang kakek yang lantas menyapa keduanya. Kedua anak itu menceritakan kejadian yang mereka alami. Si kakek sangat iba hati. Katanya kemudian seraya menunjuk ke suatu tempat di hutan itu, “Pergilah kalian ke tempat itu. Di sana banyak tumbuh aneka tanaman buah. Kalian bisa mengambil dan memakannya hingga kalian tidak lagi kelaparan.” Dua anak itu akhirnya menemukan aneka tanaman buah seperti yang disebutkan si kakek. Mereka memakan buah-buahan yang telah masak dengan sangat lahapnya hingga keduanya merasa kenyang. Setelah perut mereka kenyang, keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah seraya membawa kayu bakar yang banyak. Dua kakak beradik itu amat terperanjat ketika tiba di rumah, Rumah mereka terlihat kosong Ayah dan ibu tirinya ternyata telah pergi membawa semua harta benda mereka. Dua anak itu memutuskan untuk mencari ayah mereka. Beberapa tetangga yang merasa iba dengan nasib dua anak itu akhirnya menukarkan makanan mereka dengan kayu bakar. Dengan bekal makanan itulah dua anak itu pergi mencari ayah mereka. Keduanya terus berjalan hingga dua hari dua malam. Perbekalan mereka pun akhirnya habis. Beruntung mereka menemukan rumah seorang kakek. Si kakek menolong keduanya. Tidak hanya memberikan makanan, si kakek juga memberitahukan ke mana orangtua dua anak itu berada. Dua anak itu kembali melanjutkan perjalanan. Tibalah keduanya di tempat yang ditunjukkan si kakek setelah mereka menempuh perjalanan selama dua hari dua malam. Mereka menemukan sebuah rumah. Terperanjat bercampur gembira keduanya ketika mendapati pakaian ayah mereka tersampir di tali jemuran. Mereka bergegas memasuki rumah itu. Ayah dan ibu tiri mereka tidak mereka temukan di dalam rumah. Yang mereka temukan adalah bubur yang tengah dimasak di dalarn periuk. Si kakak tidak lagi bisa menahan rasa Iaparnya. Bubur yang masih berada di dalam periuk itu lantas diambil dan dimakannya. Ia sangat kepanasan. Si adik tidak mau ketinggalan. Bubur yang masih panas itu pun dimakannya, Ia juga kepanasan. Keduanya lantas berlarian untuk mencari sesuatu yang dapat membuat tubuh keduanya dingin. Mereka mencari sungai. Namun, karena sudah tidak tahan dengan panas yang mereka rasakan, keduanya bergantian memeluk batang-batang pisang Batang-batang pisang menjadi layu dan kering setelah mereka peluk. Ketika keduanya akhirnya menemukan sungai, kakak beradik itu langsung terjun ke dalam sungai. Ayah dan ibu tiri dua anak itu kembali ke rumah. Keduanya keheranan saat mendapati banyak pohon pisang yang Iayu dan hangus. Si Ayah sangat terkejut ketika tiba di rumah dan mendapati dua mandau milik anaknya tergeletak di dapur Ia dan istrinya lantas bergegas mencari. Keduanya akhirnya tiba di sungai. Mereka melihat dua ekor ikan besar yang senantiasa menyemburkan air dari kepalanya yang mirip dengan kepala manusia. Seumur hidupnya si ayah belum pernah menyaksikan ikan seperti itu. Si ayah yang keheranan bertambah heran saat mendapati istrinya telah menghilang secara gaib. Sadarlah dirinya jika istrinya itu adalah makhluk gaib. Ia sangat menyesal karena beristrikan makhluk gaib yang menyebabkannya berpisah dengan dua anaknya. Berita perihal dua ikan dengan kepala menyerupai kepala manusia itu segera tersebar. Warga berbondong-bondong datang ke sungai itu untuk membuktikan. Mereka terheran-heran ketika akhirnya melihat dua ekor ikan besar yang berulang-ulang menyembulkan kepalanya ke permukaan air sungai seraya menyemburkan air. Mereka pun menamakannya ikan pesut. Ikan yang mereka percayai merupakan penjelmaan dua anak yang berusaha menemukan ayah mereka yang telah terbujuk perempuan makhluk gaib hingga meninggalkan keduanya. Pesan moral dari kumpulan kumpulan cerita rakyat legenda pesut mahakam adalah sebelum melakukan suatu tindakan hendaklah kita memikirkan dan mempertimbangkan masak-masak. Kecerobohan akan menyebabkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari.
E Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan. Pada akhir tahun 1950,Kesatuan Rakyat Jang Tertindas(KRJT) melakukan penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. KRJT dipimpin seorang mantan Letnan dua TNI yang bernama Ibnu Hadjar alias Haderi alias Angli.Ibnu Hadjar sendiri kemudian menyerahkan diri.
Cerita rakyat Nusantara itu ada beragam, lho. Dari beberapa daerah punya kisah dan sejarahnya masing-masing. Di Kalimantan Selatan, ada cerita sejarah Datu Pujung. Kalau ingin membaca ceritanya, langsung saja cek ulasannya di artikel ini. Indonesia memang kaya akan cerita rakyat Nusantara yang menarik tuk disimak. Dari Kalimantan Selatan, ada cerita rakyat Datu Pujung yang juga merupakan kisah sejarah Pulau Kaget. Kamu sudah pernah mendengar kisahnya?Secara singkat, cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang pria tua yang arif dan bijaksana bernama Pujung dan kerap dipanggil Datu Pujung. Tak ada satu orang pun yang tahun dari mana asal pria itu. Rupanya, ia memiliki kesaktian yang bisa menyelamatkan negeri dari mara apakah kesaktian pria yang bijak ini? Kalau penasaran dengan kisahnya, tak perlu ke mana-mana lagi. Mending langsung saja simak cerita sejarah Datu Pujung beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya di bawah ini!Cerita Sejarah Datu Pujung Alkisah, pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan. Pemimpin dari kerajaan tersebut adalah Sultan Suriansyah yang terkenal ramah dan bijaksana. Pada masa kepemimpinannya, hiduplah seorang laki-laki tua yang tinggal sebatang kara. Orang-orang memanggilnya si Pujung. Terkadang, mereka juga memanggilnya Datu Pujung. Pria tua itu sangat bijak dan baik kepada warga sekitarnya. Ia juga menguasai banyak ilmu sehingga menjadi panutan bagi orang-orang di sekitarnya. Anehnya, tak ada satu pun orang yang tahu asal usul dari kakek tua ini. Pada suatu hari, Kerajaan Banjar kedatangan tamu asing. Para warga mendapati para tamu itu menaiki sebuah kapal berbendera asing yang sedang bergerak menuju pelabuhan Muara Sungai Barito, lebih tepatnya di Muara Kuin atau Delta Kuin. Karena para warga merasa asing, mereka pun berbondong-bondong menyongsong kedatangan kapal yang panjang dan besar itu. Mereka merasa keheranan, ditambah lagi, ada anak buah kapal yang unik. Rambutnya pirang seperti rambut jagung dan matanya biru seperti air laut. Ternyata, sifat para pelaut itu sangatlah angkuh. Mereka tampak mencurigakan. Dari kejauhan, para warga melihat para pelaut itu membawa senjata-senjata api. Baca juga Cerita Alana Si Putri Angsa dan Ratu Sihir Beserta Ulasan Menariknya, Kisah Perjuangan Melawan Kejahatan Ibu Tiri Sang Raja Panik Mengetahui gerak-gerik mencurigakan dari para pelaut asing, para warga pun bergegas melaporkan mereka ke Sultan Suriansyah, sang Penguasa Negeri. “Tuan, kami hendak melapor. Di Muara Kuin telah hadir para tamu asing yang sikapnya angkuh, Tuan. Bahkan, mereka membawa senjata api. Kami khawatir bila mereka akan melukai kami,” lapor salah satu warga. “Siapa mereka? Berani-beraninya membuat wargaku resah?” ucap Sultan geram. “Kami juga tidak tahu, Tuan. Mata mereka berwarna biru dan rambutnya pirang. Tubuh mereka tinggi dan kekar,” jawab warga itu. Mendengar cerita itu, Sultan Suriansyah segera mengumpulkan para hulubalang Kerajaan Banjar untuk mengadakan musyawarah. Mereka memikirkan rencana antisipasi serangan mendadak dari tamu asing itu. Karenanya, seluruh prajurit istana pun siaga di sekitar istana. “Aku punya firasat kalau kedatangan pelaut asing dengan kapal besar itu akan membawa bencana dan kehancuran di negeri tercinta kita ini. Sebelum hal itu terjadi, sebaiknya kita menyiapkan barikade di muara sungai sebelum mereka sampai di pelabuhan,” ucap Sultan Suriansyah dalam musyawarah itu. “Mohon ampun, Baginda. Muara sungai sangat dalam dan berarus deras. Tampaknya, kita hanya bisa membuat barikade dari pohon-pohon besar dan berbatang tinggi. Lalu, pohon itu kita tancapkan ke dasar sungai,” ucap salah satu hulubalang. Baginda Raja menerima saran tersebut. “Baiklah, kau boleh pakai cara itu. Bentuk dan bahannya terserah kalian. Cepat lakukan sekarang, sebelum para pelaut asing itu tiba di sini!” seru Sultan memberi perintah dan keputusan. “Tapi, mohon maaf, Tuan. Bukan maksud hamba tak ingin segera bertindak. Namun, mengingat waktunya sangat mendesak dan jumlah bala bantuan kita sangat terbatas, kita tak mungkin bisa menyelesaikannya dengan cepat,” ucap salah satu hulubalang. “Hmm, benar juga,” ucap Sultan berpikir. Mengadakan Sayembara Beberapa saat kemudian, ada seorang hulubalang yang mendapatkan ide. “Karena waktu kita tak banyak, bagaimana kalau kita buat sayembara saja? Barang siapa yang mampu meramu dan menancapkan batang kayu ke dasar sungai secara cepat, maka akan kita beri hadiah yang besar,” usulnya. “Aku setuju dengan usul tersebut,” ujar sang Pemimpin. “Tetapi, Baginda. Tampaknya hanya orang sakti yang bisa melakukan pekerjaan tersebut. Orang biasa seperti kita tak akan mungkin bisa meramu dan menancapkan batang kayu besar ke dasar sungai dengan cepat. Semua itu mustahil, Baginda,” ujar salah satu petugas pelabuhan. “Benar, Baginda. Tampaknya, tak ada warga di negeri ini yang memiliki kesaktian tersebut,” tambah hulubalang lain. Lalu, suasana mendadak hening sejenak. Seluruh hulubalang yang hadir dalam musyawarah hanya terdiam dan menunduk. Mereka tak tahu harus berbuat apa lagi. Tiba-tiba, suasana hening itu dipecahkan oleh seorang pria dari arah belakang. “Mohon maaf, Tuan dan Baginda. Hamba pikir, mengadakan sayembara adalah ide yang bagus,” ujar seorang pria yang mengenakan jubah. Sontak, semua pandangan tertuju kepadanya. “Memang bagus. tapi siapa yang bisa mengikuti sayembara itu? Tak ada satu pun orang yang bisa melakukannya dalam waktu singkat,” ujar salah satu hulubalang. “Benar sekali. Sudah pasti tak ada yang bisa melakukannya. Memangnya kau sanggup?” imbuh hulubalang yang lain dengan nada sedikit melecehkan. Para peserta musyawarah pun langsung menertawakannya. Kondisi tak enak itu langsung Sultan hentikan. “Hentikan! Biarkan pria ini menyelesaikan dulu ucapannya. Beraninya kalian memutus pembicaraan orang lain,” ujar Baginda Raja geram. “Maafkan kami, Tuan,” ucap para hulubalang. Pria Misterius “Terima kasih, Baginda. Hamba memang belum selesai bicara. Karena situasi yang terhimpit, tampaknya beberapa di antara kita tidak sabaran,” ucap pria berjubah yang misterius itu. Lalu, ia perlahan-lahan menjelaskan strateginya untuk menyelamatkan negeri. “Kalian semua benar, meramu kayu menjadi barikade itu bukanlah tugas yang mudah. Menancapkannya ke dasar sungai juga bukan tugas yang cepat tuk dilakukan. Semua itu memerlukan waktu yang cukup lama. Musuh kita dalam kapal layar besar itu akan cepat mengetahui jika kita sedang membuat barikade. Alhasil, mereka akan menyerang kita sebelum barikade selesai,” ucap pria itu. “Lantas, apa yang sebaiknya kita perbuat? Kau punya ide?” ucap Sultan. “Jika dipercaya. Izinkan hamba mengerjakannya menurut kemampuan dan cara hamba. Hamba bisa menjami kapal asing itu akan kandang di Muara Sungai Barito,” ucapnya. Seluruh hulubalang tertawa dengan kencang. Mereka meragukan kemampuan pria tua itu. “Hahahaha, kamu itu sudah tua renta. Mana bisa kau menyelamatkan negeri ini! Kalau ngomong tolong yang masusk akal,” ucap salah satu hulubalang meledek. Sultan Suriansyah lalu memukul mejanya dengan palu. “Kalau kalian tak bisa berkata baik, tolong diam saja. Biarkan bapak ini menyelesaikan perkataannya,” ucap sang Raja kesal dengan sikap para hulubalang. “Jadi, cara apa yang akan kau perbuat untuk menyelamatkan negeri ini? Aku akan perintahkan para prajurit tuk membantumu,” imbuh sang Pemimpin. Datu Pujung Meminta Kepercayaan Sang Raja “Tak perlu, Tuan. Hamba bisa menyelesaikannya sendiri. Namun, Hamba mohon agar Baginda memberikan kepercayaannya kepada saya. Tugas ini juga saya lakukan bukan karena hadiah. Tapi, demi keselamatan negeri kita,” ucap pria itu. “Hamba akan mulai menyelematkan negeri ini sekarang juga. Hamba pamit undur diri,” ucap pria itu seraya meninggalkan musyawarah. Semua orang yang ada di tempat itu pun tercengang. “Siapa gerangan pria itu?” tanya Sultan Suriansyah kepada para hulubalang. “Hamba tak tahu, Tuhan. Beliau menutupi wajahnya dengan kerudung. Hamba tak bisa menyaksikannya,” ucap salah satu hulubalang. “Lantas, apakah kita bisa mempercayainya, Tuan?” tanya salah seorang peserta. “Kita bisa mempercayainya, Tuan. Orang misterius tadi adalah Datu Pujung. Saya tadi sempat melihat wajahnya karena saya duduk bersebelahan dengannya,” jawab salah satu hulubalang. “Siapakah gerangan Datu Pujung?” ucap Baginda Raja. “Di kalangan kami para warga, Datu Pujung adalah orang tua yang kami segani. Ia punya banyak ilmu dan sangat baik serta bijak,” jawab orang itu. Kemudian, Baginda Raja memutuskan tuk mempercayai Datu Pujung. “Baiklah, kalau begitu, kita tunggu kesaktian pria itu hingga malam ini. Semoga saja ia dapat kita andalkan,” ucap sang Raja. Kesakitan Datu Pujung Malam pun semakin gelap. Di istana, Baginda Raja dan para hulubalang bersiaga dengan senjata, barangkali Datu Pujung butuh bantuan. Sementara itu, di kapal besar, para pelaut asing sedang mondar mandir sambil menenteng senjata. Langkah mereka tiba-tiba terhenti. Mereka merasa kapal sedang miring ke kanan. Belum sempat berkata apa-apa, mereka sudah terjatuh ke sungai. Tak lama kemudian, kapal miring ke kiri sehingga para penjaga di sayap kiri juga terjatuh. Merasa ada yang aneh, kapten kapal pun membunyikan tanda bahaya. Anak buah kapal yang semula di alam kapal pun keluar dengan senjata lengkap. Di atas perahu, mereka melihat seorang berjubah putih di atas geladak. Karena tak mengenali sosok tersebut, para anak buah kapal pun mengepungnya. Orang berjubah putih itu melarikan diri. Para prajurit kapal berteriak, “Jangan sampai orang itu lolos! Tangkap dia hidup-hidup!” Hingga akhirnya, pria berjubah putih tersudut di haluan kapal. Para prajurit asing itu berhasil mengepungnya. Karena tak bisa lari lagi, orang berjubah putih itu pun menghentakkan kakinya ke kapal berulang kali. Kapal itu berderak pecah. Orang berjubah putih melompat ke sungai. Hanya dengan satu lompatan saja, ia sudah berada jauh dari kapal. Para prajurit asing tercengang. Mereka lalu menembak orang berkerudung putih itu. Keheningan malam pun pecah oleh suara-suara tembakan yang menggema. Tampaknya tembakan mereka berhasil mengenai pria misterius itu. Mereka terdiam sejenak sambil melihat apakah orang itu benar-benar sudah mati atau belum. Dalam keheningan, ada suara gelak tawa memecahkan suasana. “Hahaha, yang kalian tembak itu hanya bajuku,” terdengar tawa dan suara lantang dari sudut kapal. Karena sangat gelap, semua mata prajurit kapal pun fokus ke arah sumber suara. Suara itu semakin kencang, “Kalian tidak bisa melihatku, ya? Hahaha. Coba tembak aku kalau berani!” Merasa dilecehkan, para prajurit menembak ke arah sumber suara tanpa tahu apa yang mereka tembak. Ternyata, mereka saling menembak kawan sendiri. Berhasil Mengecoh Lawan Tak lama kemudian, suara itu kembali terdengar, “Mata kalian kurang jeli! Kalian tak bisa melihatku, kan? Hahaha.” Para prajurit merasa sumber suara berasa dari arah kemudi kapal. Tanpa basa-basi, mereka langsung menembak arah kemudi kapal. Sudah puas mempermainkan para prajurit, pria berjubah putih itu melayang ke udara dan meluncur ke atas kapal. Sekali hentakan, kapal itu langsung terbelah menjadi dua. Anak buah kapal dan seluruh isi kapal tenggelam ke dasar Sungai Barito. Itu berarti, Kerajaan Banjar berhasil ia selamatkan. Seluruh penduduk merasa lega dan bahagia Pria berjubah putih yang ternyata Datu Pujung itu mendapatkan hadiah dari Sultan Suriansyah. “Karena kau telah berhasil menyelamatkan Negeri ini. Aku akan memberimu hadiah sesuai yang telah aku janjikan,” ucap Baginda Raja. “Aku akan memberimu jabatan di istana, emas berlian, dan makanan lezat. Bila masih kurang, aku akan memberi apa pun yang kamu mau,” imbuhnya. “Hadiah berupa pangkat hamba terima dengan senang hati. Saya berterima kasih akan hal itu. Namun, saat ini, izinkan hamba mengembalikan seluruh hadiah tersebut. Hamba tak pantas mendapatkan jabatan,” ujar Datu Pujung menepati janjinya. “Hmm, kalau begitu, apa yang kau pinta Datu? Beritahu aku. Akan aku kabulkan apa pun permintaanmu. Atau, bawalah makanan-makanan ini bersamamu. Jika kurang, akan kue\beri tambahan,” ucap Sultan Suriansyah. “Hamba tak pernah kekurangan makanan, karena bumi ini sangat luas dan setiap jengkal tanahnya menjadi rezeki bagi siapa pun yang mau berusaha. Barangkali di luar sana ada yang membuthkan makanan, ke sanalah sebaiknya hadiah ini Tuanku berikan,” ucapnya bijak. “Aku hanya meminta selembar baju sebagai penutup aurat. Berkenankah Baginda memberi hamba selembar baju?” ucap Datu Pujung. “Tentu saja, aku akan memberi apa yang kamu mau. Sungguh mulia benar hatimu,” puji Sultan Suriansyah. Baca juga Dongeng Si Janda dan Ketela Pohon Beserta Ulasan Menariknya, Kisah Persahabatan antara Manusia dan Tumbuhan Unsur Intrinsik Usai membaca cerita sejarah Datu Pujung di atas, apakah kamu jadi penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, tak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak ulasan singkatnya berikut ini; 1. Tema Inti cerita atau tema dari cerita sejarah Datu Pujung adalah tentang kesaktian seorang pria yang berhasil menyelamatkan sebuah negeri. Di tengah hiruk pikuk para hulubalang, ia berhasil mengalahkan para pelaut asing seorang diri. 2. Tokoh dan Perwatakan Tokoh utama dalam cerita sejarah ini adalah Datu Pujung dan Sultan Suriansyah. Datu Pujung digambarkan sebagai pria tua yang bijak dan disegani karena memiliki banyak ilmu. Namun, ia adalah pria misterius yang tak orang ketahui asal-usulnya. Sementara Sultan Suriansyah adalah pemimpin dari Kerajaan Banjar yang juga dikenal bijak dan ramah. Selain tokoh utama, legenda Datu Pujung juga memiliki beberapa tokoh pendukung. Mereka adalah para hulubalang istana yang turu mewarnai cerita. Tokoh antagonis dalam cerita ini adalah para pelaut asing yang hendak melakukan penyerangan di Kerajaan Banjar. Untung saja, Datu Pujung berhasil mengalahkan mereka. 3. Latar Cerita rakyat ini menggunakan beberapa latar tempat yang berada di Kalimantan Selatan. Tempat-tempatnya adalah Kerajaan Banjar, Muara Sungai Barito, dan kapal milik pelaut asing. 4. Alur Cerita Sejarah Datu Pujung Alur cerita cerita sejarah Datu Pujung adalah maju atau progresif. Cerita bermula dari beberapa warga di negeri Banjar yang mendapati ada kapal besar yang dikendarai oleh pelaut asing yang mengarah ke pelabuhan Muara Barito. Karena para pelaut itu menenteng senjata dan berlagak angkuh, mereka pun melaporkannya ke Sultan Suriansyah. Dengan sigap, Sultan Suriansyah mengumpulkan para hulubalang untuk membicarakan soal kedatangan pelaut asing itu. Seorang hulubalang memberi saran menghalang para pelaut asing dengan barikade. Namun, Muara Barito terlalu dalam, sehingga membutuhkan pohon yang besar. Merancang barikade dengan pohon besar tentunya memakan waktu yang cukup lama. Hulubalang lainnya menyarankan sang Raja untuk membuka sayembara, bagi siapa saja yang bisa merancang barikade dengan cepat, maka ia akan mendapatkan hadiah besar. Sayangnya, saran tersebut ditolak oleh salah satu hulubalang. Alasannya, tak ada satu pun orang sakti di negeri ini yang bisa membuat barikade dengan pohon besar dengan cepat. Mereka lalu berpikir dengan keras. Di tengah keheningan, Datu Pujung yang mengenakan jubah putih tiba-tiba mengatakan bahwa dirinya bisa mengalahkan para pelaut asing itu. Ia hanya meminta sang Raja percaya kepadanya. Karena tak ada pilihan lain, sang Raja pun mempercayai Datu Pujung. Dengan kesaktiannya, ia berhasil mengecoh dan mengalahkan para pelaut asing dengan tangan kosong. Hebatnya lagi, ia tak meminta hadiah apa pun dari sang Raja. 5. Pesan Moral Dari cerita sejarah Datu Pujung ini ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik. Sultan Suriansyah mengajarkan untuk menjadi pemimpin yang bijak dan bersikap baik. Lalu, si Pujung alias Datu sakti dari Kalimantan ini mengajarkan kita untuk membantu tanpa pamrih. Demi keselamatan Kerajaan Banjar beserta masyarakatnya, ia menunjukkan kesaktiannya dan berhasil mengalahkan para pelaut asing yang hendak menyerang. Meski sangat berjasa, ia sama sekali tak meminta imbalan pada sang Raja. Ia ikhlas membantu negeri tersebut. Baginya, rezeki akan datang dengan sendirinya. Ia bahkan meminta sang Raja untuk memberikan imbalannya kepada warga yang membutuhkan. Selain unsur instrinsik, cerita sejarah Datu Pujung ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Di antara unsur ekstrinsiknya adalah nilai ketuhanan, sosial, budaya, dan moral dari lingkungan di sekitar. Baca juga Cerita Dongeng Bunga Paling Berharga Beserta Ulasan Menariknya, Kisah tentang Keyakinan dan Kesabaran dalam Mendapatkan yang Diinginkan Fakta Menarik Sebelum mengakhiri artikel yang memaparkan kisah legenda Indonesia ini, kamu wajib banget membaca fakta menariknya. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya; 1. Cerita Rakyat Datu Pujung Menjadi Sejarah Asal-Usul Pulau Kaget Kamu pernah mendengar tentang Pulau Kaget? Pulau tersebut berada di Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimatan Selatan. Konon, Pulau Kaget terbentuk dari potongan-potongan kapal yang dihancurkan Datu Pujung. Potongan-potongan kapal itu cukup besar dan tertimbun lumpur sehingga menjadi endapan. Para warga lalu menyebutnya Pulau Kaget. Pulau itu terkenal akan keindahannya. Selain itu, Pulau Kaget juga telah diresmikan oleh pemerintah sebagai cagar alam. Pulau tersebut menjadi tempat tinggal bagi para bekantan yang merupakan maskot fauna dari provinsi Kalimantan Selatan. Bekantan adalah jenis monyet berhidung panjang. Konon, bekantan merupakan para pelaut asing yang dikutuk oleh Datu Pujung menjadi monyet. Karena itulah bekantan memiliki hidung yang panjang. 2. Ada Versi Lain Pada umumnya, cerita rakyat atau legenda memang memiliki beberapa versi. Begitu pun dengan cerita sejarah Datu Pujung ini. Secara garis besar, semua versi memiliki kisah yang sama, yaitu ada pelaut asing yang menyerang negeri Banjar. Perbedaannya terletak di detail cerita. Ada satu versi yang menyebutkan bila Datu Pujung adalah pemimpin sebuah kerajaan di Muara Kuin yang terletak di Banjarmasin. Ia terkenal gagah perkasa dan pemberani. Pada suatu hari, ada kapal dari Inggris yang hendak menguasai kerajaan miliknya. Untuk menggagalkan rencana mereka, Datu Pujung mengeluarkan persyaratan bagi setiap pendatang yang ingin tinggal di negeri Banjar. Mereka harus membelah kayu besar tanpa alat apa pun. Datu Pujung tentu saja bisa membelahnya dengan mudah, karena ia memiliki kesaktian. Namun, para pelaut asal Inggris itu tak bisa memenuhi persyaratan. ] Meski begitu, mereka tetap nekat ingin menguasai negeri Banjar. Karena itu, Datu Pujung pun terpaksa mengeluarkan kesaktiannya. Ia menenggelamkan kapal beserta para penumpangnya dengan satu kali hentakan. Lalu, bangkai kapal dan potongan-potongan kayu itu menjelma menjadi sebuah pulau. Baca juga Legenda Angso Duo Asal Jambi dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Perjalanan Rangkayo Hitam Mencari Wilayah Kekuasaan Baru Bagikan Cerita Sejarah Datu Pujung Pada Teman-Temanmu Demikianlah salah satu contoh cerita asal-usul Pulau Kaget yang merupakan sejarah dari Datu Pujung. Kisahnya sangat menarik dan sarat akan pesan moral, kan? Kalau kamu suka, segera bagikan kisahnya kepada teman-temanmu. Buat yang ingin membaca kisah lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pena. Ada beragam cerita Nusantara yang bisa kamu baca, seperti asal-usul nama Kota Makassar, legenda Minang Rambun, kisah Angso Duo, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.1 Latar Belakang. Latar belakang perlawanan rakyat Maluku mengusir bangsa Belanda karena adanya praktik monopoli dan sistem pelayaran Hongi yang membuat rakyat sengsara. Belanda melaksanakan